Artikel Rubrik Cermin Hati Radar Kudus: Mengelola Waktu


MENGELOLA WAKTU[1]
Oleh: Ahmad Fatah[2]

Diantara tanda keadilan Allah adalah memberikan waktu yang sama kepada manusia yaitu sehari semalam selama duapuluh empat jam, tidak kurang dan tidak lebih. Dalam sehari semalam seluruh manusia mendapatkan jatah waktu yang sama, baik yang taat atau maksiat, yang pejabat atau rakyat, yang santri atau kyai, yang di desa atau di kota, yang tua atau muda dan yang kaya atau miskin. Waktu yang tersedia itulah yang perlu dikelola dengan efektif dan efisien. Karena orang yang bisa mengelola waktu lah yang akan beruntung dan hidupnya memiliki nilai guna yang lebih.
Seseorang tidak bisa kembali ke masa lampau. Waktu berjalan maju dan tidak akan mundur sedikitpun. Jika tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, waktu berbalik akan menggilasnya dan buahnya adalah penyesalan di dunia sebelum nanti di akhirat. Nabi Muhammad Saw bersabda agar memanfaatkan waktu yang artinya: “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai atasnya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang” (HR. Al Bukhari no. 6049).
Tidaklah seseorang merasakan nikmatnya kesehatan melainkan ketika ia berada dalam keadaan sakit. Walaupun demikian, banyak orang yang ketika sembuh dari sakit dan diberikan kesehatan, ia kembali lalai akan kesehatannya dan lupa dengan sakitnya. Demikian hal-nya dengan waktu luang. Seseorang akan tersadar ketika ia kehilangan waktu luangnya, terhimpit dengan berbagai kesempitan dan kesibukan.
Begitu pula masa muda. Tidaklah seseorang benar-benar menyesalinya ketika ia telah kehilangan masa muda itu. Beruntunglah orang-orang yang memanfaatkan waktu mudanya untuk tumbuh dalam beribadah kepada Allah Swt hingga menjadi orang yang berada dalam jaminan naungan Allah Swt pada hari dimana tidak ada naungan melainkan naungan-Nya. Yang tidak kalah melalaikan adalah kecukupan dan kekayaan. Kebanyakan manusia lalai memanfaatkan hartanya dengan sebaik-baiknya saat ia memiliki kelapangan rizki dari Allah Swt. Hingga ia ditimpa kekurangan, hanya penyesalan dan berandai-andai yang bisa ia lakukan. Dan juga menggunakan kesempatan nikmat hidup di dunia yang hanya sekali ini dengan perbuatan yang berkualitas, sebelum datang sebuah kematian yang datangnya bisa kapan saja.
Hal tersebut sesuai dengan Hadis dari Abdullah bin ‘Abbas bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda kepada seseorang ketika menasehatinya,”Manfaatkanlah lima kesempatan sebelum datang lima (kesempitan); 1) masa mudamu sebelum masa tuamu, 2) masa sehatmu sebelum masa sakitmu, 3) kecukupanmu sebelum kesempitanmu, 4) waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, 5) masa hidupmu sebelum kematianmu“ (HR. Al Hakim no. 7846).
Seorang muslim yang baik, seyogianya selalu meningkatkan kualitas ibadah yang dilakukannya. Nabi Muhammad Saw mengingatkan, "Barang siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung" (HR. Bukhari).
Hadis di atas harus menjadi cambuk bagi kita untuk senantiasa giat beramal dan berupaya meningkatkannya setiap saat. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika dalam salah satu ayat Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar kembali beriman. Perintah ini menunjukkan bahwa keimanan yang dimiliki orang-orang beriman masih memiliki banyak kekurangan serta kelemahan, sehingga harus senantiasa dibenahi dan ditingkatkan lagi agar lebih baik dari sebelumnya.
Selanjutnya, Alquran menyebutkan tentang pentingnya mengelola waktu. Secara jelas Alquran menyebutkan beberapa Surat yang memiliki relevansi dengan waktu, diantaranya Surat al Fajr, al Dhuha, al Asr dan al Lail. Secara global keempat Surat tersebut mengisyaratkan tentang membagi dan mengelola waktu selama duapuluh empat jam, agar manusia juga punya prioritas dan periodesasi dalam aktifitasnya.
Secara spesifik Surat al Asr menyatakan bahwa manusia seluruhnya pada merugi kecuali orang yang beriman dan beramal shalih, sebagaimana firman Allah Swt yang artinya:  “Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran” (Q.S. al-Ashr: 1-3).
Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi arti, al Asr juga menunjukkan waktu asar. Jika waktu asar di ukur dengan umur manusia maka itu sudah menunjukkan umur yang menjelang senja. Maka akan sangat merugi jika pada saat usia sudah menjelang senja, tetapi tidak dipergunakan untuk menambah kualitas keimanan serta meningkatkan kuantitas dan kualitas amal shalih, baik amal shalih kepada Allah melalui ibadah maupun amal shalih kepada manusia dan alam sekitar. Dengan demikian sungguh tepat dan bijaksana Allah berfirman pada surat ini sebagai petunjuk manusia agar mengelola waktu hidupnya di dunia yang hanya sekali ini.
Disisi lain, ada beberapa surat dalam Alquran yang secara arti juga mengandung makna waktu, baik itu waktu fajar, waktu dhuha, waktu asar itu sendiri maupun waktu malam. Hal ini juga menunjukkan secara utuh bahwa Allah Swt memberikan indikator pada kita untuk memanfatkan waktu. Dengan demikian di era global yang serba kompetitif inilah kita seyogyanya bijak dalam mengelola waktu agar dapat hidup beragama dan bernegara yang berkualitas serta saling merajut kerukunan antar sesama manusia. Akhirnya, tidak hanya bahagia dan beruntung di dunia tapi juga di akhirat. Wallahu A`lam.







[1]  Artikel untuk Rubrik Cermin Hati Jawa Pos Radar Kudus, 15 Maret 2013.
[2] Mahasiswa Program Doktor Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang dan juga Dosen Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Pati (STAIP).

Comments

Popular posts from this blog

Hijrah Momentum Perubahan