Ramadhan Mubarok
MENYIBAK HIKMAH PUASA
Oleh: Ahmad Fatah
Dosen STAIN Kudus dan juga alumni Madrasah TBS Kudus
Semua yang disyariatkan dan diperintahkan oleh Allah pasti mengandung hikmah, termasuk puasa. Hanya saja permasalahannya adalah hanya sedikit manusia yang mampu menangkapnya. Oleh karena itu seringkali kita dapatkan sebagian manusia yang tidak antusias melaksanakannya, baik karena malas maupun dengan alasan keberatan. Hal ini diantaranya disebabkan karena seseorang tidak mengetahui hikmah puasa secara komprehensif, tetapi hanya menganggap puasa sebagai rutinitas. Padahal jika kita bisa memahami hikmah puasa secara mendalam dan benar maka puasa kita bisa mencapai esensi taqwa yang ideal, yakni terwujudnya kesalehan ilahiyyat, kesalehan individual dan kesalehan sosial.
Menurut Tengku H. A. Shihab (1994) menyebutkan bahwa ada enam nilai filosofis yang terkandung dalam puasa, yaitu: Pertama, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan kepada manusia. Kedua, mengekang sifat-sifat bahimiyyah (kehewanan) seperti makan, minum, dan bersenggama untuk berproses meningkat keposisi sifat-sifat Malakiyyah (malaikat). Dengan demikian sasaran puasa la`allalkum tattaquun akan menjadi kenyataan. Ketiga, sebagai media latihan untuk menguji tingkat ketaatan, katahanan dan kejujuran jiwa dalam menjalankan perintah Allah. Keempat, untuk mengatur makan dan minum yang sehat, karena dari perutlah segala penyakit bersumber. Kelima, menekan dan mengendalikan gejolak syahwat. Keenam, melatih jiwa sosial kemanusiaan, kepedulian terhadap sesama, terutama terhadap fakir miskin.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat (1993) hikmah-hikmah puasa dapat diringkas sebagai berikut: Pertama, meningkatkan keimanan. Dengan pelaksanaan puasa keimanan seseorang akan meningkat. Keimanan yang teguh akan memebentengi diri dari segala perbuatan keji. Kedua, meningkatkan taqwa. Ibadah puasa adalah ibadah dalam hubungan antara manusia dengan Allah tidak unsur lain. Kondisi seperti ini dapat melatih manusia untuk selalau jujur terhadap dirinya, tuhannya dan kepada sesamanya. Sehingga dengan latihan yang terus menerus, ketaqwaan semakin meningkat. Ketiga, meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama. Dalam berpuasa orang tidak hanya melakukan sesuatu, akan tetapi ia juga menghentikan berbagai kesenangan duniawi, seperti makan, minum, bersenggama dan lain sebagainya. Sehingga kondisi seperti ini dapat melatih seseorang untuk merasakan apa yang dirasakan orang yang sedang menderita. Keempat, meningkatkan mental. Peranan puasa dalam menciptakan kesehatan manusia sangat besar, baik sebagai pengobatan terhadap gangguan kejiawaan, rasa dendam, perasaan tertekan dan lain sebagainya. Sehingga puasa memiliki hikmah melatih dan membentuk kesehatan fisik dan mental manusia.
Secara sosiologis Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia (2003) merangkum hikmah puasa sebagai berikut: Pertama, untuk meningkatkan pengawasan nurani terhadap segala tindakan nuraninya. Kedua, untuk menanamkan rasa persamaan antara si kaya dan si miskin. Ketiga, untuk menumbuhkan rasa iba terhadap orang miskin. Keempat, membiasakan diri berbuat baik terhadap orang lain. Kelima, menumbuhkan jiwa yang ikhlas terhadap sesama dan terhadap Tuhan. Keenam, untuk menghilangkan sifat sombong terhadap orang lain. Ketujuh, untuk mengikis rasa iri dan dengki dalam hati. Kedelapan, untuk membiasakan diri jauh dari maksiat.
Selanjutnya, puasa yang baik dan ikhlas akan menyehatkan diri seseorang secara lahiriah maupun batiniah. Secara lahiriah pembiasaan pola makan yang teratur sepanjang Ramadan, akan memunculkan mekanisme homeostasis yang menyehatkan tubuh. Sedangkan secara batiniah, keikhlasan seseorang dalam berpuasa mampu meredam stress yang menjadi ujung pangkal berbagai macam penyakit modern.
Menurut Dr. Paavo Airola, pakar Nutrisi biokimiawi Finlandia, stress fisik maupun psikis terbukti menurunkan daya tahan tubuh kita. Sebagai contoh, jika seseorang mengalami kelelahan secara berturut-turut dalam kurun waktu tertentu, dan tidak sempat beristirahat, maka dipastikan daya tahan tubuhnya akan turun. Dan tak lama kemudian akan jatuh sakit. Begitu pula stress psikis. Jika hari ini seseorang stress karena pekerjaan kantor, besok stress urusan rumah tangga, lusa stress urusan pendidikan anak, dan seterusnya, maka dalam kurun tak lama juga akan jatuh sakit, disebabkan oleh daya tahan tubuh yang menurun.
Dengan demikian, puasa memiliki hikmah yang beragam berdasarkan perspektifnya masing-masing. Puasa memiliki hikmah secara jasmaniyah dan ruhaniyyah, fisik maupun psikis, karena ibadah puasa termasuk dalam kategori perpaduan ibadah jasmani dan ruhani. Puasa juga memiliki hikmah individual dan sosial, karena puasa mencakup aspek ibadah fardi yang sekaligus memiliki hikmah dalam aspek kemasyarakatan. Alhasil, puasa memiliki beragam dimensi hikmah yaitu dimensi penghambaan kepada Allah SWT, dimensi etic-sosial maupun dimensi kesehatan. Semoga Allah Swt memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita agar dapat menunaikan puasa dengan baik. Wallahu A`lam bish Showab.
Comments
Post a Comment